RESENSI BUKU SENYUM INDAH KANJENG NABI



Untaian Hikmah Kanjeng Nabi


Judul : Senyum Indah Kanjeng Nabi
Penulis : Dr. Abdul Wahid
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, Februari 2016
Tebal : 264 Halaman
ISBN : 978-602-296-197-0


Secara khusus, buku membahas momen-momen kebahagiaan Rasulullah Saw saat beliau tersenyum dan tertawa penuh bahagia. Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah ketika penulis berupaya menyajikan sisi lain kehidupan Rasulullah yang tak banyak diketahui orang, yakni kebiasaan Rasulullah yang ternyata suka bercanda sebagaimana kebiasaan manusia pada umumnya.

Bercanda Rasulullah, tentu saja bukanlah bercanda yang asal-asalan atau nirmakna, kosong tanpa pesan. Sebab, bercanda Rasulullah adalah bercanda yang kaya hikmah, nilai, dan pelajaran yang dapat dipetik, bahkan dijadikan bahan renungan, refleksi, serta muhasabah diri–yang beliau sampaikan di sela-sela membimbing umat.

Dalam keadaan tertentu Rasulullah pernah bergurau dan bercanda dengan seorang nenek. Namun, gurauan beliau mengandung pelajaran penting tentang kondisi setiap mukmin yang masuk surga. Saat itu, sang nenek berkata, “Wahai Rasulullah, doakan aku kepada Allah agar aku kelak bisa masuk surga.”

Rasulullah pun kemudian berkata, “Hai Ummu Fullan! Surga itu tidak dimasuki oleh orang tua yang sudah renta seperti dirimu.” Kemudian dia memberi penjelasan kepada nenek disertai gurauan. Sang nenek tidak memahami gurauan tersebut. Akan tetapi, setelah mendengar penjelasan dia menagis tersedu dan pergi (halaman 36) kemudian Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya:

Sampaikan pada nenek tua itu bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua renta. Sebab, Allah Swt telah berfirman 'Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (perempuan-perempuan surga) itu dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta, lagi sebaya umurnya. HR.Tirmidzi (halaman 37).

Sehingga, pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut ialah seorang guru terkadang harus menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan, termasuk humor. Selain itu, seorang guru dituntut untuk menerima setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh muridnya, kapan pun, di mana pun, dan pertanyaan apa pun, serta dalam kondisi apa pun. 

Hal itu, menegaskan pada kita, bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki komponen pedagogis yang memadai.

Buku terasa kian menarik karena penulis berhasil mengulasnya dengan menggunakan berbagai pendekatan, seperti pedagogis, psikologis, sosiologis, hingga sufistik. Sehingga, melalui berbagai pendekatan tersebut, buku mampu menghadirkan sisi kemanusiaan Rasulullah saw yang tidak pernah lelah menebarkan kasih sayang dan kebahagiaan bagi siapa saja.

Pada akhirnya, diharapkan kita mampu memetik hikmah di balik kisah-kisah yang dikemas dalam setiap helai buku ini sebagai renungan sehari-hari agar mampu meneladani dan mempraktikannya dalam keseharian kita melalui untaian hikmah yang terkandung di dalamnya.



SHARE

Nunu Nugraha

HSedang getol belajar nulis di koran. Puisi, cerpen, opini, dan resensinya telah nangkring di berbagai media, mulai dari lokal hingga nasional. Sesekali, nongol di media online. Kini, dia tengah berburu beasiswa dan tak ketinggalan, sedang berusaha mendapat restu calon mertua. Kalau mau nyapa @noe_aufa Twitternya. Nunu Nugraha Facebooknya.

  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment