Perubahan. Begitulah
kata-kata yang sering banget menyeruak ke permukaan akhir-akhir ini.
Tanpa bosan, tanpa henti, oleh siapapun dan dalam kondisi apapun.
Nggak peduli, apakah berubah ke arah yang lebih baik atau malah
sebaliknya. Yang penting berubah. Titik.
Gampangnya, berubah adalah
berpindahnya posisi. Baik itu dalam hal prestasi, kedudukan, dan
bahkan pindah ke lain hati. Nggak cinta lagi. Ya, kan?
Misal, ada orang yang badannya
kurus kering nggak berdaging, kerempeng bangetlah. Terus dia pengin
mengubahnya menjadi agak gendutan gitu, atau paling tidak, nggak
kerempeng-kerempeng amat. So,
dia pasti akan berusaha semaksimal mungkin melakukan perubahan itu.
Bisa dengan berolahraga secara teratur, plus makan-makanan bergizi,
seperti buah-buahan dan sayuran, dan nggak ketinggalan suply
vitamin. Maka, dia sudah melakukan usaha untuk mencapai perubahan
itu. Hasilnya, tergantung dari usahanya pula. Kalau memang berhasil,
berarti dia benar-benar berubah sesuai keinginganannya.
Ya, lagi-lagi itu
tergantung padamu. Mau berubah seperti apapun, lagi-lagi terserah
kamu. Karena kamu sendirilah yang bisa menentukan perubahan itu. Mau
jelek-ke, bagus-ke, gendutke, atau malah kerempeng sekali pun, itu
terserah kamu. Bebas. Nggak ada yang larang sama sekali!
Jangan khawatir, Kawan, bahkan
dengan terang benderang dalam ayat al-Quran ditegaskan, bahwa, Tuhan
nggak mengubah keadaan seseorang, selain mereka sendiri yang mengubah
keadaan pada dirinya.1
So, itu adalah petunjuk untuk semua orang di dunia yang
pengin berubah. Dengan catatan, bahwa jika kamu ingin berubah, maka
mesti dilakukan oleh dirimu sendiri pastinya. Ya, dengan cara
melakukan perubahan itu. Tentu dong dengan usahanya pula.
Tapi, ada beberapa hal yang mesti dicatat di sini, ya, di tempat
ini, bahwa setiap perubahan, baik itu revolusi, resolusi, atau apapun
itu, haruslah dicermati secermat-cermatnya. Ya, karena hakikatnya
setiap perubahan pastinya menginginkan yang terbaik. Bukan
asal-asalan. Bahkan malah menjadi kacau balau yang justru membuatmu
galau. Misal, kamu yang dulunya alim religius gitu, tiba-tiba berubah
sedemikian ekstrimnya, jadi
baragajul, bengal,
lantas lupa sholat dan ngomong asal jeplak gitu tanpa peduli yang
dengarnya sakit hati atau tidak, hanya semata karena kamu ingin
berubah, misal.
Iya, sih, kamu telah melakukan perubahan. Tapi, nggak semestinya kan
kamu berubah sedemikian ekstrem gitu yang justru membuat
dirimu terperosok dalam jurang kenistaan, hanya karena ego yang
mendorongmu berubah. Meski, nggak bisa dipungkiri juga bahwa kadang
hidup ini memiliki pasang surut gitu, bahkan dalam posisi galau tidak
karuan karena ambisimu untuk berubah ke arah yang lebih baik justru
gagal di tengah jalan sehingga membuatmu jadi prustasi, misal.
Bisa jadi, inilah pemicu yang membuatmu berpindah haluan dan mencari
sebuah pelampiasan yang malah membuatmu berubah tidak karuan gitu.
Ditambah lagi dengan lingkungan tempat tinggalmu yang bisa
memengaruhi sikap dan kepribadianmu pula.
Otomatis, jika itu terjadi, maka apapun yang ada pada dirimu ikutan
berubah pula. Mulai dari sikapmu, cara pandangmu, penampilanmu, serta
seabrek perubahan-perubahan lain akan menyeretmu tanpa ampun. Hingga
hilanglah jati dirimu, identitas aslimu itu, lho. Meski pada
dasarnya perubahan bisa digunakan oleh siapapun dan dengan cara
apapun. Terlepas dari tujuan berubah itu sendiri. Ya, bebas sajalah.
Sah-sah saja. Nggak ada yang larang, kok.
Tapi ingatlah, Kawan, bukankah kupu-kupu yang indah sekalipun pada
dasarnya di awali proses yang teramat panjang untuk mendapatkan wujud
yang indah dipandang mata itu? Metamorfosis. Begitulah proses
perubahan itu dikenal. Diawali dari telur, kemudian berubah menjadi
ulat, lalu setelah itu menjadi kepompong untuk kemudian menjelma
imago. Maka, bertebaranlah kupu-kupu yang indah di muka bumi ini,
menghiasi setiap taman bunga.
Jika kupu-kupu saja melakukan perubahan dari yang biasa-biasa ke
arah yang lebih indah, lantas masihkah kamu berpikiran bahwa
perubahan hanya dilakukan sekadarnya saja? Atau malah membuat
posisimu lebih buruk dari keadaan yang sebelumnya? Iya kah? Rasanya, ini teramat sangat keliru, Kawan. Masak mau kalah sama
kupu-kupu lho. Kamu, tentu saja berbeda dengan kupu-kupu 'kan?
Aku adalah hamba dari semua manusia sukses dan bahagia, dan
sialnya aku pun budak dari manusia yang gagal dan pecundang. Mereka
yang besar telah kujadikan besar. Mereka yang gagal telah kujadikan
pecundang hina.
Begitulah ungkapan Sean Covey di atas. Tentu ini bisa dijadikan
olehmu sebagai bahan renungan dalam kehidupanmu untuk meraih mimpimu
itu. So, kamu mesti mutusin mau dibawa ke arah mana dirimu
kelak.
Sukses atau gagal?!
Sekarang, percayalah, berubah akan membuatmu indah. Seindah
kupu-kupu di taman bunga. Tentu bisa lebih dari itu, Kawan. Dengan
syarat, jika kamu ingin berubah, maka bertindaklah. Lakukan usaha
semaksimal mungkin. Jangan sampai kalah sama kupu-kupu. Jika
kupu-kupu mesti melakukan proses metamorfosis demi mendapatkan wujud
sempurnannya. Lantas, mengapa kamu yang manusia tidak melakukannya.
Bahkan, perubahan hanya sebuah selogan belaka. Ya, jelaslah kamu
nggak akan berubah sedikitpun, karena yang dibutuhkan oleh kamu yang
ingin berubah adalah dirimu sendiri, tentu saja dengan aksi nyata,
bukan kata-kata belaka.
Jika kamu memang sudah melakukan tindakkan nyata, namun biasa-biasa
saja atau sekadarnya saja, maka hasilnya pun akan ala kadarnya pula.
Biasa banget. Nggak indah. Sekarang,
yang dibutuhkan olehmu saat ini, tentu saja adalah usaha yang
senyata-nyatanya, berdarah-darah, tanpa lelah, tanpa henti. Niscaya,
hasilnya pun akan indah sebagaimana perubahan yang dialami kupu-kupu
tadi.
So, berubahlah seperti kupu-kupu yang indah di taman bunga.
***
Penulis tinggal di Dusun Sirnamulya
Desa Sirnajaya RT 05 RW 03 Kecamatan Rajadesa Kode pos 4654 Kabupaten
Ciamis Provinsi Jawa Barat. Dapat dihubungi No HP: 083827742422.
Email: nunun049@gmail.com
akun media sosial Twitter @noe_aufa dan Facebook Nunu Nugraha.
Al-Qur'an surat Ar-Rad ayat
11: “...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri..”
Sean Covey, 2000. The 7
Habits of Highly Effective Teens, Jakarta: Binarupa Akasara, hlm.13
0 comments:
Post a Comment