Nasihat Bijak dalam Balutan Cerita
Judul Buku : Pulang
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika, Jakarta
Cetakan : X, Desember 2015
Tebal : 400 Halaman
ISBN : 978-602-0822-12-9
Manusia diberikan kebebasan untuk menentukan jalannya hidupnya.
Setiap jalan yang ditempuh tersebut niscaya mengandung risiko—nilai,
baik positif maupun negatif, tergantung dengan jalan atau pilihan
yang ditempuhnya. Begitu pula dengan novel karya Tere Liye yang telah
cetak ulang hingga cetakan ke x hanya dalam hitungan bulan semenjak
cetakan pertamanya, Pulang, begitulah judulnya.
Sebagai penulis, Tere Liye telah berhasil menyuguhkan cerita yang
cukup menawan dan mengesankan. Pulang, menyuguhkan cerita kehidupan
yang kaya akan nilai-nilai kebaikan di dalamnya–yang disajikan
dengan sederhana, mudah dicerna oleh siapa saja yang membacanya,
namun sarat makna. Sehingga, pembaca akan mendapat asupan dan nilai
kehidupan–ketika-- sesudah membacanya–yang dapat diterapkan pada
kehidupan nyata.
Pembaca akan dibawa hanyut ke dalam cerita sejak bagian pembuka.
Tokoh Mamak yang bijak, Bujang yang polos, dan Samad yang keras, akan
membawa Anda pada masa lalu, masa di mana Anda kecil, tinggal bersama
keluarga.
Hal yang akan membuat pembaca berdecak kagum ialah dengan kepiawaian
Tere Liye menyisipkan nasihat bijak nan bestari melalui tokoh Mamak
ketika menasihati Bujang, anaknya. Nasihat bijak nan bestari yang
disampaikan Mamak kepada Bujang begitu lembut, alamiah, dan tidak
dibuat-buat. Dengan sendirinya, nasihat tersebut akan meresap ke
dalam hati setiap pembaca, sehingga pembaca tidak merasa digurui atau
diceramahi layaknya sedang di pengajian.
Mamak akan mengizinkan kau pergi, Bujang, meski itu sama saja dengan
merobek separuh hati Mamak. Pergilah, anakku, temukan masa depanmu.
Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak,
kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada di dalam dirimu.
Pulang..(halaman 23) Seketika, kata-kata itu akan masuk ke dalam
hati, lalu pada kesempatan lain dalam sebuah keheningan, Anda akan
tersadar bahwa sejatinya kita akan kembali pulang pada pemilik-Nya,
sejauh apa pun kita melangkah, pada gilirannya akan pulang juga.
Tere Liye berhasil menyuguhkan nilai kebaikan tersebut dengan begitu
lembut, tetap dalam bingkai cerita, bukan ceramah. Maka, pantas saja,
jika karya-karyanya tidak sepi pembaca hingga lintas generasi.
Salah satu pesan yang cukup mengharukan ialah tatkala Bujang hendak
pergi ke kota atas keinginannya dan dorongan Samad, bapaknya, sebagai
tebusan karena pergi meninggalkan Tauke Besar dan jika anaknya
laki-laki, maka dia harus menyerahkannya. Kesepakatan itu akhirnya
harus dilaksanakan. Keluarga Samad harus merelakan Bujang pergi ke
kota, kendati Mamak tak rela melepaskannya. Terlebih, dia teramat
menyayangi Bujang melebihi apa pun. Pada bagian ini, pembaca akan
hanyut dan merasakan perihnya sebuah perpisahan dengan orang
tercinta.
Kau boleh melupakan Mamak, kau boleh melupakan seluruh kampung ini.
Melupakan seluruh didikan yang Mamak berikan. Melupakan agama yang
Mamak ajarkan diam-diam jika bapak kau tidak ada di rumah. Mamak tahu
kau akan jadi apa di kota sana. Mamak tahu. Tapi apa pun yang akan
kau lakukan di luar sana, berjanjilah Bujang, kau tidak akan makan
daging babi atau anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan haram
dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan segala macam
minuman haram (halaman 24)
Begitulah. Novel ini akan membawa Anda pulang pada nilai-nilai
kebaikan dalam hidup. Selain akan merasa terhibur, Anda juga akan
mendapat nasihat bijak bestari layaknya nasihat orang tua kepada
anaknya secara lembut dan halus, tetapi menyentuh, mengena, dan
mendalam, tanpa merasa digurui atau diceramahi.
Selamat membaca dan menikmati ceritanya, serta memetik hikmah
selepas membacanya!
makasih resensinya
ReplyDeletesama-sama. Terima kasih sudah berkunjung. semoga bermanfaat! :)
Delete